Monday, July 10, 2006

Pirlo Man of the Match Lagi


Gianluigi Buffon melakukan beberapa penyelamatan penting, Fabio Cannavaro bermain sangat lugas di lini belakang. Tapi adalah Andrea Pirlo yang (kembali) terpilih sebagai Man of the Match.Ini adalah kali ketiga gelandang Italia itu terpilih sebagai penampil terbaik dalam satu pertandingan alias yang terbanyak di Piala Dunia 2006. Sebelum partai antara timnya melawan Prancis di Berlin, Minggu (10/7/2006) dinihari WIB, Pirlo juga menjadi Man of the Match saat Azzurri menghadapi Ghana di Grup E dan Jerman di semifinal.Dengan demikian Pirlo pantas menjadi salah satu calon terkuat peraih penghargaan Golden Ball alias Bola Emas sebagai pemain terbaik turnamen ini, bersaing dengan rekannya Fabio Cannavaro dan Gianluca Zambrotta, serta kapten Jerman Michael Ballack dan bintang gaek Prancis Zinedine Zidane.Sementara itu mengenai sukses Italia mengalahkan Prancis lewat adu penalti dan keluar sebagai juara, Pirlo mengaku merasa sedang bermimpi dan tak mau lekas bangun."Kami tak mau bangun dulu dari mimpi ini. Ini adalah skuad yang sangat kompak yang sangat ingin membawa pulang tropi ini. Dan sekarang kami berniat merayakannya," ujar pemain pemilik tendangan bebas yang maut ini.Ditambahkan Pirlo, salah satu kunci keberhasilan timnya dapat mencapai level tertinggi adalah ketika mengalahkan Australia di babak 16 besar, yang kemudian diteruskan dengan menundukkan tuan rumah Jerman di semifinal. Tentang dirinya yang terpilih sebagai algojo penalti pertama Italia melawan Prancis, Pirlo mengaku tidak setenang ekspresi luarnya. Di dalam hati ia mengalami ketegangan yang cukup besar."Anda tak bisa menggambarkan emosi saat adu penalti. Fabio Cannavaro mengatakan padaku agar tetap tenang, tapi tetap saja tidak gampang. Tensinya sungguh luar biasa. Aku harus fokus pada bola dan tidak mempedulikan dunia ketika mengambil tendangan itu. Syukurlah, kali ini kami berakhir."(a2s)

ITALIA JUARA KARENA PRAHARA


Sukses menjadi juara dunia, mengobati sepakbola Italia yang sedang sakit. Tetapi sesungguhnya karena ada masalahlah Italia bisa juara.Empat kali sudah Italia menjadi juara dunia; 1934, 1938, 1982 dan 2006. Uniknya, dua gelar terakhir yang diraih di era sepakbola modern, punya latar belakang sama. Sepakbola Italia sedang jadi 'sakit'.Di tahun 1980, Italia menjadi sorotan karena skandal judi juga korupsi yang melibatkan empat klub. Korban pun jatuh saat itu yakni AC Milan dan Lazio yang akhirnya didegradasi. Dua tahun berlalu, kasus tersebut masih menjadi pembicaraan di Piala Dunia di Spanyol, sampai akhirnya Paolo Rossi cs menaklukkan Jerman di babak final.Sukses Italia di Piala Dunia 2006 juga tidak bebeda jauh. Empat klub yakni Juventus, AC Milan, Fiorentina dan Lazio menjadi tersangka pelaku match fixing. Juventus yang adalah juara bertahan dua musim terakhir, justru menjadi tersangka utama.Benarkah masalah telah mempersatukan Azzurri? "Saya yakinkan bahwa jika tidak ada skandal, kami tidak akan memenangkan Piala Dunia," kata gelandang enerjik Gennaro Gattuso.Bukan hanya Gattuso yang beranggapan demikian, tetapi para pemain Italia lainnya juga. "Hal itu menjadi dorongan semangat bagi kami," ujar kapten Fabio Cannavaro sepakat.Pesta masih berlanjut di seluruh penjuru kota di Italia. Namun tidak seperti 24 tahun lalu, usai pesta pizza seharian penuh, para pahlawan Italia yang sebagian besar berasal dari empat klub tersangka, harus siap menerima vonis. Pengadilan akan memutuskan bagaimana nasib keempat klub tersebut, beserta 25 individu yang didakwa.Penuntut sudah membacakan keinginannya yakni degradasi. Milan, Fiorentina dan Lazio harus turun ke Seri B ditambah pengurangan nilai. Sementara Juventus sebagai tokoh utama dituntut lebih berat yakni ke Seri C.Ironis, karena yang terlibat adalah para pemain yang rata-rata berperan fital di tim Azzurri, Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Alessandro Del Piero, Gennaro Gattuso, Alberto Gilardino, Angelo Peruzzi, Alessandro Nesta, Mauro Camoranesi, Filippo Inzaghi, Gianluca Zambrotta, Andrea Pirlo, Massimo Oddo.Dalam hitungan jam, sorak kemenangan itu akan berkurang. Pengadilan akan memutuskan, di manakah kita bisa melihat para juara bermain musim depan?(lom)